BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada waktu proses belajar mengajar di dalam kelas fungsi guru selain sebagai demonstrator dan fasilitator juga memiliki peran yang tidak kalah penting, yaitu sebagai pemberi penguasaan terhadap respon siswa. Pengajaran bertintikan antara guru dan siswa, hal ini berarti guru harus memberikan motivasi. Setiap perbuatan termasuk perbuatan belajar didorong oleh suatu atau beberapa motivasi.
Motivasi siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Banyak cara membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Misalnya dalam strategi belajar mengajar penggunaan metode belajar dan media belajar (Sudjana, 2005:3).
Dalam setiap proses belajar, selalu akan ada tiga komponen penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen penting itu adalah kurikulum (materi yang akan diajarkan). Proses (bagaimana materi diajarkan) dan produk (hasil dari proses pembelajaran) (Gunawan, 2004:1). Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk lingkungan pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini kita alami adalah kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam menjalankan proses belajar.
Biologi juga merupakan ilmu tentang alam kehidupan makhluk hidup (Barilia, 2003:3).
Biologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang disenangi oleh sebagian siswa. Sedangkan yang lain juga memandang Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit, karena banyak istilah-istilah yang harus dihafal dan banyak sekali bahasa Biologi yang susah dimengerti dan dipahami.
Biologi berkenaan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Biologi juga wahana untuk meningkatkan keterampilan, sikap dan nilai. Salah satu faktor dari luar dari siswa yang cukup berperan adalah informasi yang diterima oleh siswa tentang materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru (Saepudin, 1999:12).
Salah satu materi pokok Biologi yang dalam proses pembelajarannya dapat dilakukan di lingkungan yang ada di sekitar pada materi pencemaran lingkungan.
Pembelajaran di lingkungan sekitar akan memberikan sesuatu yang nyata yang dapat dilihat, diamati dan dipelajari langsung oleh siswa. Dengan pembelajaran di lingkungan sekitar atau luar sekolah, siswa akan lebih mengenal lingkungan itu sendiri, sehingga mereka mengetahui dan memahami bahwa adanya kesadaran pada diri siswa itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk lebih memperjelas permasalahan yang dimunculkan dikemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar siswa dalam lingkungan sekitar pada konsep pencemaran lingkungan?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap lingkungan setelah proses belajar mengajar di lingkungan sekitar?
3. Apakah hubungan antara hasil belajar di lingkungan sekitar dengan sikap siswa terhadap lingkungan ini?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hasil belajar siswa di lingkungan sekitar pada konsep pencemaran lingkungan.
2. Mengetahui sikap siswa terhadap lingkungan setelah proses belajar mengajar di lingkungan sekitar.
3. Mengetahui hubungan hasil belajar siswa di lingkungan sekitar dengan sikap siswa terhadap lingkungan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
Bagi guru
1. Memberikan alternatif strategi pembelajaran Biologi dalam meningkatkan pemahaman siswa.
2. Memanfaatkan lingkungan sekolah dalam usaha meningkatkan kesadaran siswa.
Bagi siswa
1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar.
2. Siswa akan lebih mengenal lingkungan sehingga diharapkan dapat mencintai alam yang ada di lingkungan sekolahnya.
3. siswa memperoleh pengetahuan dalam pengalaman yang benar-benar nyata untuk proses pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah proses perubahan atau perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi syarat dan mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan termasuk di dalamnya perubahan dalam pengetahuan pada proses belajar (Purwanto, 2006:86). Sedangkan menurut (Sudjana, 2004:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Gagne (2003:17) perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan juga.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik, maka diperlukan suatu aktivitas yang terdiri dari 2 komponen yang tidak terpisahkan yang biasa dikenal sebagai proses belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dipisahkan satu sama lain.
Pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar dia mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif sehingga sungguh-sungguh menunjang perkembangannya. Maka cara belajar anak didik diarahkan dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan saja tanpa tujuan (Winkel, 1996:24).
Menurut Whittaker belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Slamato (2003:9) mengemukakan pengertian belajar menurut beberapa ahli :
(1) Gagne mengungkapkan belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, tingkah laku dan penguasaan yang diperoleh dari instruksi.
(2) Bruner mengungkapkan belajar adalah suatu proses belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih mudah.
(3) Gestalt bahwa belajar adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respons yang tepat untuk memecahkan problem/masalah yang dipahami.
Bloom membagi klasifikasi hasil belajar mengajar menjadi 3 ranah. Ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
(1) Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
(2) Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dari 5 aspek yakni penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi.
(3) Ranah psikomotorik, berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak, secara umum meliputi gerakan seluruh badan, kemampuan dalam berbicara, hasil belajar tersebut selalu berhubungan satu sama lain.
Keterpaduan proses belajar sama dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar (terjadinga proses pengajaran), tidak datang begitu saja dan tidak dapat tumbuh tanpa pengetahuan dan perencanaan yang seksama.
Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang harus ada dalam proses pengajaran tersebut. Perencanaan dimaksudkan untuk merumuskan dan menetapkan interaksi sejumlah komponen dan variabel, sehingga memungkinkan terselenggaranya pengajaran yang efektif (Sudjana, 1998:19).
2.2 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan yang rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi praktek pembelajaran yang dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut (Wardani, 2004:14) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Sesuai dengan arti katanya diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Car dan Kemmis (Mcnitt, 1991, p.2) dalam Wardani dkk (2007, 1-3-1-4) didefinisikan sebagai berikut : Action research is a form of self-reflection enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educational practices (2) their understanding of these practices and (3) the situations (and institutions) in which the practices are carried out.
Jika kita cermati pengertian ini : 1. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuin atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri, 2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa atau kepala sekolah, 3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial termasuk situasi pendidikan, 4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik tersebut, serta situasi lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan. Dari keempat ide pokok tersebut dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh seorang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.
Penelitian tindakan kelas mempunyai beberapa karakteristik yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya (Sukardi, 2004:212).
Beberapa karakteristik penting tersebut diantaranya, seperti :
(1) Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.
(2) Peneliti memberikan perlakuan atau treatmen yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
(3) Langkah-langkah peneliti yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus lingkaran atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.
(4) Adanya langkah berfikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan :
Reflective thinking ini penting untuk melakukan retrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang diberikan dari implikasinya yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.
1 komentar:
ini termasuk jenis peneliti experimental tu explanatory ya?
Balas